Kamis, 22 Juni 2023

 

PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
OLEH : MUKAYIN, SP
PENYULUH KEHUTANAN CDK WILAYAH PACITAN




Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu peristiwa kebakaran baik alami maupun perbuatan manusia yang ditandai dengan penjalaran api dengan bebas serta mengonsumsi bahan bakar hutan dan lahan yang dilaluinya, sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan yang menimbulkan kerugian ekologi, ekonomi serta sosial budaya. Hampir setiap tahun utamanya dimusim kemarau kita dengar terjadi kebakaran hutan . Lebih –lebih di luar Jawa yang lahannya adalah gambut sangat rentan terjadi kebakaran hutan yang waktunya bahkan berhari-hari bahkan berbulan-bulan sulit untuk dipadamkan.

Akibat yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan :

1.  Kerusakan lingkungan

Akibat kebakaran hutan banyak pepohonan yang mati, baik besar maupun kecil, termasuk di dalamnya tanaman bawah tegakan, habitat satwa rusak, yang berakibat lahan akan gundul tingkat kesuburan lahan juga akan berkurang dan berakibat bencana alam akan menghantui, baik banjir, tanah longsor maupun bencana kekeringan.

2.   Ekonomi

Secara ekonomi kita kehilangan penghasilan dari tanaman (kayu-kayuan ataupun produktif) yang mati, tanaman bawah tegakan.

3.     Ekologi

Akibat matinya pepohonan yang berada di lahan hutan menyebabkan terjadinya perubahan iklim/cuaca, pemanasan global, penyimpanan air tanah terganggu, sehingga terjadi penurunan tersedianya air tanah yang dapat menyebabkan kekeringan pada musim kemarau 

4.     Dampak Sosial Budaya

Asap yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan berdampak pada kesehatan manusia, lalu lintas di jalan terganggu, jadwal penerbangan terganggu


 

Menilik akibat dan dampak yang terjadi karena kebakaran hutan, Pemerintah memberikan perhatian dan usaha dalam mengendalikan serta mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan.Pada tanggal 7 Juni 2023 Ibu gubernur Jawa Timur melakukan Apel Siaga Gabungan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan tahun 2023 di Kabupaten Pasuruan. Hadir dalam acara tersebut ,BPBD, Perum Perhutani, Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur, TNI, Polri, Linmas, dan  kelompok masyarakat peduli api

 


Penyebab terjadinya Kebakaran hutan ada 10 antara lain :

(sumber : https://lindungihutan.com/blog/10-penyebab-kebakaran-hutan-di-indonesia)

1.   1.    Petir
2.     Letusan vulkanik gunung berapi
3.     Musim kemarau
4.     Kondisi tutupan dan Jenis tanah
5.     Pembukaan hutan secara dibakar
6.     Api Unggun
7.     Angin
8.     Perburuan satwa Liar
9.     Akumulasi seresah daun kering
10.  Pembakaran padang penggembalaan 

Dari 10 penyebab terjadinya kebakaran tersebut ada yang faktor alam dan juga ulah campur tangan tindakan manusia. Untuk kriteria yang campur tangan manusia harus betul-betul kita perhatikan dan diantisipasi agar tidak terjadi kebakaran hutan antara lain :

1.     1.   Pembukaan hutan secara dibakar untuk lahan pertanian

Upaya pembakaran hutan untuk dijadikan lahan budididaya harus dihindari. Dengan perilaku yang sembrono yang hanya dipikirkan enaknya tanpa memperhitungkan akibat yang ditimbulkannya sangat berdampak terhadap kelestarian alam. Dalam skup kecil bisa dilakukan misal membakar seresah-seresah tapi harus dikumpulkan dan dibuat sekat bakar jangan sampai meluas dan ditunggu hingga api betul-betul sudah mati apabila akan meninggalkan lokasi.

2.    2.      Api Unggun

Apabila kita membuat api unggun harus betul-betul diperhatikan jangan sampai dilakukan pada lokasi lokasi semak atau seresah kering yang mudah terbakar. Harus ada sekat agar tidak terjadi rambatan api . Setelah acara api unggun harus dipastikan bahwa api benar-benar dalam kondisi padam.

3.     3.    Perburuan satwa liar

Perburuan Satwa Liar Perburuan satwa liar juga bisa menjadi penyebab terjadinya kebakaran hutan. Apalagi jika perburuan dilakukan menggunakan senapan api. Selain itu, pemburu juga biasanya akan mendirikan tenda dan membuat api unggun baik untuk memasak atau sekadar menghangatkan diri. Api unggun dan aktivitas bakar-bakar itulah yang jika dilakukan dengan ceroboh bisa menimbulkan kebakaran hutan    

4.     4.   Akumulasi seresah daun kering

Seresah daun kering merupakan pemicu kebakaran bila terkena api. Media ini merupakan hantaran terjadinya kebakaran. Untuk itu bila menghadapi musim kemarau sebaiknya dilakukan pemeliharaan tanaman dengan melakukan penyiangan dengan membersihkan seresah dan mengumpulkannya akan terbentuk sekat bakar.

5.     5.     Pembakaran padang penggembalaan

Pembakaran Padang Penggembalaan Aktivitas pembakaran juga dilakukan oleh beberapa orang dan petani pada musim kemarau di padang penggembalaan. Tujuannya untuk merangsang pertumbuhan rumput-rumput muda sehingga persediaan pakan tetap terjamin.. Akan tetapi, aktivitas ini juga menimbulkan dampak negatif termasuk dapat menjadi penyebab kebakaran hutan. Pembakaran rumput, ranting, dan semak sering kali menyebabkan api dengan mudah menyala dan menjalar.

Untuk mengantisipasi segala risiko, berikut  cara mencegah kebakaran hutan dan lahan:

1. Hindari membakar sampah di lahan atau hutan, terutama saat angin kencang. Angin yang bertiup kencang akan berisiko menyebarkan kobaran api dengan cepat dan menyebabkan kebakaran.

2. Berikan jarak tempat pembakaran sampah dari bangunan sekitar 50 kaki dan sejauh 500 kaki dari hutan. Hal itu untuk menghindari risiko api menjalar ke tempat yang tidak diinginkan.

3. Tidak membuat api unggun di area yang rawan terjadi kebakaran

4. Setelah selesai melakukan pembakaran, pastikan untuk mengecek api sudah benar-benar padam sebelum meninggalkan tempat itu. Perhatikan juga tidak ada barang-barang yang mudah terbakar di sekitarnya.

5. Tidak membuang puntung rokok sembarangan di area hutan atau lahan, apalagi jika masih menyala yang berisiko memicu terjadinya kebakaran. 

 


6.  Ketidaksadaran masyarakat bisa menjadi kecerobohan yang menyebabkan hal fatal seperti kebakaran hutan atau lahan. Untuk itu, perlu memberikan peringatan agar tidak sembarangan membakar sampah atau rumput di sekitar hutan, apalagi saat angin kencang di musim kemarau.

7.   Penting untuk melakukan konsolidasi dan koordinasi seluruh pihak untuk bersama-sama mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

     Dukungan juga penting, seperti bantuan dana untuk kelompok masyarakat yang peduli akan pencegahan dan penanggulangan ‘karhutla’, namun tidak memiliki dana dalam pelaksanaan kegiatannya.

8.   Membuatkan sekat-sekat kanal untuk pengaturan hidrologi air pada lahan gambut. Dengan begitu tanahnya jadi lembap dan basah sehingga tidak mudah terbakar, terutama saat musim kemarau.

9. Melakukan pengawasan terhadap titik rawan kebakaran, terutama pada hutan di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

10. Menyiapkan peralatan untuk memadamkan api jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran  hutan ataupun lahan.

11. Melakukan patroli dan pengawasan rutin pada tempat-tempat yang memang rawan terjadi kebakaran, terutama saat musim kemarau. 

     Deteksi kebakaran sejak awal dengan mendirikan menara pengawas ataupun pos jaga lengkap dengan teropong dan alat komunikasi. Juga, menyimak informasi data satelit/cuaca di area hutan sehingga dapat mencegah terjadinya kebakaran besar.

13. Menyediakan tempat penampungan air di titik-titik rawan kebakaran untuk mempermudah mencari air jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran.

14. Penyuluhan ke masyarakat yang tinggal di dekat hutan. Hal ini untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mereka akan bahaya kebakaran hutan/lahan yang berdampak buruk bagi banyak pihak.

15. Menyediakan alarm peringatan saat kebakaran terjadi sehingga warga cepat bertindak untuk memadamkan api sebelum menyebar luas.

16. Siap siaga jika terjadi kebakaran. Segera memberitahu warga dan pihak-pihak terkait untuk penanganan lebih lanjut.

17. Pemetaan di wilayah-wilayah yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan supaya semua pihak lebih fokus untuk melakukan pengawasan.










Senin, 22 Mei 2023

 

PROGRAM BANTUAN BIBIT PRODUKTIF TAHUN 2023 BPDAS SOLO

OLEH : MUKAYIN, SP

PENYULUH KEHUTANAN CDK WILAYAH PACITAN

 



PENGERTIAN BIBIT TANAMAN PRODUKTIF

Bibit Produktif atau sering disebut MPTS (Multipurpose Tree Species ) adalah sistem pengelolaan lahan dimana berbagai jenis kayu ditanam dan dikelola, tidak saja untuk menghasilkan kayu, akan tetapi juga daun-daunan dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai bahan  makanan ataupun pakan ternak.

Jenis tanaman produktif ini biasanya dibudidayakan untuk perlindungan sumber mata air, produksi  buah-buahan, penghijauan lingkungan, hutan kemasyarakatan, hutan desa, serta mendukung penyediaan pakan lebah cerana/trigona

Upaya vegetasi dengan membudidayakan bibit produktif ini diharapkan untuk mengatasi terjadinya kegiatan penebangan secara berkala untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat dari produksi tanaman kayu-kayuan yang ditanam. Diharapkan masyarakat mendapatkan hasil dari buah/ produksi dari tanaman produktif yang dibudidayakan dengan tetap mempertahankan tegakan yang ditanam.

 

Pada tahun 2023 ini Kelompok tani hutan Buana Jaya I desa Sanggrahan mendapatkan bibit produktif berupa :

 

1.      Durian (Durio zibethinus)

Tabnaman dapat tumbuh di ketinggian 100 – 500 mdpl . Tumbuh baik pada daerah tropika basah dengan curah hujan lebih dari 2000 mm per tahun. Buah berbau menyengat ini memiliki peluang pasar yang sangat bagus dibanding buah-buahan lainnya. Pemasaran buah bertampang sangar ini dari tahun ke-tahunnya tidak pernah jenuh bahkan cenderung naik.  Manfaat buah durian, antara lain pohonnya dapat dimanfaatkan sebagai pencegah erosi dilahan miring. batangnya, baik untuk kayu perkakas, bahan bangunan dan bahan kayu lapis.



 

2.      Alpukat (Persea americana)

Varietas alpukat yang dikehendaki adalah yang mempunyai sifat-sifat : pohonnya   pendek,   kekar   dengan   percabangan   mendatar   dan   tahan   terhadap perubahan keadaan lingkungan, tahan terhadap penyakit busuk akar yang disebabkan oleh pytophora sp dan antraknosa, daya hasil tinggi dan stabil serta tahan penyimpanan dan pengangkutan. Alpukat, dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi (sampai 2.000 mdpl) dengan ketinggian optimum 200–1.000 mdpl.

 


3.      Nangka (Artocarpus heterophyllus)

Nangka merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari India dan menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia.Hampir semua bagian tanaman ini sangat bermanfaat. Akarnya sebagai obat diare, kayunya bagus untuk perkakas, daunnya sebagai pakan ternak dan getahnya untuk obat bisul dan abses. Buah nangka matang

 


4.     Petai (Parkia Speciosa)

Tanaman   petai   berupa   pohon   dengan   ketinggian   antara   5–25   m   dan membentuk percabangan yang banyak. Daun menyirip ganda. Karangan bunga berbentuk bongkol yang terkulai dengan tangkai yang panjang, bunga yang masih muda dan belum mekar bewarna hijau

 


MANFAAT BIBIT TANAMAN PRODUKTIF

 

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari tanaman MPTS selain sebagai peneduh yang biasanya banyak terdapat di areal pekarangan rumah masyarakat maupun di lahan pertanian masyarakat. Masyarakat juga memanfaatkan hasil buah dari tanaman MPTS yang panen setiap musimnya dan menambah perekonomian masyakat sekitar. Selain itu masyakat juga memanfaat kayu maupun ranting yang dapat dijadikan bahan bakar.

 

CARA MEMPEROLEH BIBIT

Pengajuan lewat Kelompok dengan syarat :

1. Mengajukan surat permohonan bantuan bibit untuk penanaman/ pembagian bibit yang ditujukan kepada Kepala BPDAS Solo yang mencantumkan : tujuan penanaman/ pembagian, lokasi penanaman/ pembagian, waktu penanaman/ pembagian, jenis dan jumlah bibit;

2. Menyertakan sket/ peta lokasi dan luas lahan;

3. Surat diketahui oleh aparat desa atau UPT/ UPTD yang terkait/ yang mengampu kegiatan kehutanan/ penghijauan/ lingkungan;

4. Menyertakan daftar anggota kelompok dengan luasan per masing-masing anggota (kelompok)





Rabu, 08 Maret 2023

 SOSIALISASI PEMBANGUNAN AGROFORESTRY

DI DESA PUNJUNG KECAMATAN KEBONAGUNG
KABUPATEN PACITAN

















Sosialisasi pembangunan Agroforestry di desa Punjung kecamatan Kebonagung kabupaten Pacitan diinisiasi oleh Koordinaton Penyuluh CDK wilayah Pacitan dan Penyuluh Kehutanan Pendamping beserta pelaksana di seksi RLPM bersama KTH Ngudi Makmur 3 tepatnya di dusun Krajan dengan luas 5 ha yang akan dibangun kegiatan Agroforestry.

Adapun hasil sosialisasinya antara lain : 

1. Pertemuan Kelompok tani Hutan dalam rangka Sosialisasi Pembangunan Agroforestry diluar kawasan hutan negara di sekretariat KTH Ngudi Makmur 3 diinisiasi oleh Seksi Rehabilitasi Lahan dan Pemberdayaan Masyarakat, yang diikuti oleh pengurus dan anggota KTH Ngudi Makmur 3. Pendampingan dilakukan oleh Penyuluh Kehutanan wilker Kecamatan Kebonagung beserta segenap Tim.

Pelaksanaan pertemuan dalam rangka penguatan dan Pendampingan Kelembagaan KTH diselenggarakan sebagai wujud dukungan Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Pacitan melalui seksi RLPM dengan APBD tahun anggaran 2023 memfasilitasi KTH dalam upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

3. Selanjutnya sesi diskusi yang dimoderatori oleh Penyuluh Kehutanan Kecamatan Kebonagung. Dalam diskusi dibahas pertanyaan yang diajukan baik oleh  anggota KTH serta dari Kepala desa Punjung mengenai beberapa permasalahan dalam pelaksanaan Pembangunan agroforestry  di  Desa Punjung kecamatan Kebonagung.

4. Disampaikan rincian pelaksanaan pembangunan Agroforestry ini seluas 5 ha, dengan tanaman mpts berupa bibit apokat 950 batang, tanaman kayu-kayuan berupa gmelina sebanyak 1.250 batang serta tanaman semusim berupa benih jagung hibrida sebanyak 75 kg.Selain itu dilengkapi dengan pupuk organik sebanyak 3.250 kg.Persiapan selanjutnya yaituberupa ajir sebanyak 2.000 batang.Saat ini telah dilakukan pengiriman bibit apokat dan pupuk organik dan dilakukan karantina oleh kelompok

5. Telah terlaksana sosialisasi Pembangunan agroforestry di luar kawasan hutan negara tahun anggaran 2023 di KTH Ngudi Makmur 3 desa Punjung kecamatan Kebonagung



Istilah Agroforestri atau wana tani adalah bentuk yang dikembangkan pada program usaha tani kehutanan, yaitu bentuk pemanfaatan lahan secara maksimal agar memberikan manfaat kelestarian lingkungan dan produksi kebutuhan pangan. Oleh karena itu agroforestri yang mendiversifikasikan antara tanaman pertanian semusim, tanaman buah-buahan, empon-empon, peternakan, perikanan, dengan tanaman kayu sebagai tanaman pokok dapat memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup masyafakat pengelolannya dan perbaikan agroekosistem di sekitarnya.

Peningkatan jumlah penduduk membawa akibat pada peningkatan kebutuhan pangan dan lahan. Sementara itu lahan yang dapat digunakan untuk pembudidayaan tanaman pangan semakin menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya. Berbagai aktivitas pembangunan fisik, seperti pembanguan permukiman, industri, sarana transportasi dan sebagainya telah banyak mengurangi luas lahan. Sedangkan menurunnya kualitas lahan disebabkan oleh pengelolaan lahan yang tidak berwawasan lingkungan serta meningkatnya pengaruh negatif dari berbagai bahan pencemar. Disadari bahwa kondisi tersebut diperlukan suatu sistem/pola tata guna lahan yang dapat mengop-timalkan lahan, sehingga kondisi lahan yang semakin terbatas ini dapat memenuhi kebutuhan pangan dan upaya mempertahankan kualitas lahan. Prinsip ini merupakan prinsip pengelolaan pertanian berkelanjutan

Disisi lain ketersediaan lahan dewasa ini lebih banyak berada di wilayah dataran tinggi, dimana umumnya lahan di dataran rendah sudah semakin sempit sebagai akibat alih fungsi lahan dari areal pertanian ke fungsi lain, seperi perumahan da industry maupun sarana dan prasarana lainnya. Salah satu alternatif sistem pola budidaya yang memungkinkan untuk meminimalkan kendala tersebut adalah pola agroforestry (wanatani).


A. Maksud dan tujuan 

Maksud agroforestry pada dasarnya adalah efisiensi penggunaan lahan, artinya dari sebidang lahan bisa dihasilkan berbagai produk yang bernilai ekonomi

Adapun tujuannya antara lain :

1.    Pemanfaatan lahan secara optimal yang ditujukan kepada produksi hasil tanaman berupa kayu dan non kayu secara berurutan atau bersamaan

2.    Pembangunan secara multi fungsi dengan melibatkan peran serta masyarakat secara aktif.

3.    Meningkatkan pendapatan petani/penduduk miskin dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dan meningkatnya kepedulian warga masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannnya guna mendukung proses pemanfaatan ketahanan pangan masyarakat.

4.    Terbinanya kualitas daya dukung lingkungan yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat luas.

 


 

B. Manfaat Agroforestri

Pengembangan wanatani dilakukan agar memberikan manfaat kepada masyarakat. Adanya agroforestri diharapkan dapat memecahkan berbagai masalah dalam hal pengembangan pedesaan.

Berikut ini beberapa manfaat dari agroforestry :

  • Membantu penggunaan lahan secara optimal sehingga dapat memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat
  • Meningkatkan daya dukung ekologi manusia terutama di daerah pedesaan. Agroforestri juga bisa dimanfaatkan untuk menjamin dan memperbaiki kebutuhan pangan
  • Meningkatkan persediaan pangan pada tiap musim, sehingga petani dapat memperoleh tambahan penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari. Namun untuk memperoleh manfaat ini, maka petani harus memperhatikan kualitas nutrisi, pemasaran serta setiap proses yang terjadi pada agroforestri
  • Memperbaiki penyediaan energi lokal terutama produksi kayu bakar
  • Meningkatkan dan memperbaiki produksi bahan mentah hasil kehutanan maupun pertanian. Umumnya peningkatan produksi bahan mentah ini dilakukan secara kualitatif dan diversifikasi. Selain itu, biasanya juga dilakukan dengan memanfaatkan berbagai jenis pohon dan perdu
  • Memperbaiki kualitas hidup terutama di daerah pedesaan, terutama di daerah miskin. Agroforestri dapat meningkatkan pendapatan serta tersedianya lapangan pekerjaan bagi masyarakat
  • Meningkatkan kinerja usia produktif (usia muda) di pedesaan sehingga kualitas hidup dapat meningkat
  • Memelihara dan memperbaiki kemampuan dan kelestarian lingkungan setempat. Hal ini dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya erosi tanah dan degradasi lingkungan

 


 


Selasa, 06 Desember 2022

 

UPAYA VEGETASI 

DENGAN BUDIDAYA ALPUKAT


Oleh : Mukayin, SP

PK CDK Wilayah Pacitan 


SEKILAS  TENTANG POHON ALPUKAD 

Pohon alpukat ini awalnya banyak tumbuh di Meksiko dan Amerika tengah. Namun, seiring berjalannya waktu dan peningkatan aktivitas perdagangan global, pohon serta buah alpukat semakin dikenal hingga ke seluruh penjuru dunia. Tanaman ini umumnya banyak ditanam sebagai tanaman perkebunan monokultur. Tapi di daerah tropis seperti di Indonesia, khususnya di wilayah kecamatan Kebonagung kabupaten Pacitan tanaman apokat sering dijumpai sebagai tanaman yang ditanam di area pekarangan yang digunakan sebagai tanaman penghijauan lingkungan. Tanaman alpukat apabila sudah berbuah mempunyai nilai ekonomis yang tinggi bila dipasarkan sehingga dapat membantu peningkatan pendapatan masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.



Pohon, dengan batang mencapai tinggi 20 m dengan ukuran daun sepanjang 12 hingga 25 cm serta tajuk daun mencapai 2-3 m. Tanaman ini juga bagus digunakan untuk tanaman penutup lahan (vegetasi), baik untuk meresapkan semaksimal mungkin air hujan ke dalam tanah (infiltrasi) sangat menunjang dalam upaya pelestarian alam.   Bunganya tersembunyi dengan warna hijau kekuningan dan ukuran 5 hingga 10 milimeter. Ukurannya bervariasi dari 7 hingga 20 sentimeter, dengan massa 100 hingga 1000 gram; biji yang besar, 5 hingga 6,4 sentimeter.



Buahnya bertipe buni, memiliki kulit lembut tak rata berwarna hijau tua hingga ungu kecoklatan, tergantung pada varietasnya. Daging buah alpukat berwarna hijau muda dekat kulit dan kuning muda dekat biji, dengan tekstur lembut.

Pohon alpukat sering dimanfaatkan buahnya karena bisa dimakan atau diolah menjadi berbagai hidangan yang lezat. Kegunaan dari pohon alpukat tidak hanya itu, tanaman alpukat ini mempunyai berbagai macam manfaat untuk manusia. Manfaat lain dari daging buah alpukat adalah untuk bahan dasar kosmetik. Bagian lain yang dapat dimanfaatkan adalah daunnya yang muda sebagai obat tradisional (obat batu ginjal, rematik).

 


A.  Syarat Pertumbuhan

            Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun. Dapat tumbuh  dengan  subur paddataran  rendah beriklim tropis dengan curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk daerah dengan curah hujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman alpukat masih dapat tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m. Kebutuhan  cahaya  matahari  untuk  pertumbuhan  alpukat  berkisar  40-80  %. Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3 derajat C. Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak mudah tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air yang baik), subur dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah lempung berpasir, lempung liat, dan lempung endapan. pH tanah sedikit asam sampai dengan netral (5,6 – 6,4)



A.  Cara Budidaya

1.    Persiapan Bibit Alpukat

Bibit pohon alpukat dapat diperoleh dengan 3 cara yaitu dengan cara cangkok atau setek batang, melalui biji, dan juga okulasi atau sambung pucuk.



Ø  Melalui Cangkok

Pilihlah cabang yang subur , tidak memiliki banyak cabang baru, tidak terlalu tua ataupun muda, cabang tersebut merupakan cabang pohon indukan yang memiliki riwayat buah yang baik mulai dari rasanya, ketahanananya terhadap serangan hama dan penyakit dan lain sebagainya.

Setelah cabang cangkok memiliki akar, maka potonglah bagian pangkal cabang sekitar 3 cm dari cangkokan. Jika sudah, selanjutya tanam cabang cangkok tersebut dalam polybag semai dengan terlebih dahulu penutup cangkokan dibuka. Letakkan bibit alpukat pada tempat yang teduh, lakukan penyiraman secara rutin, serta lakukan perawatan lainnya hingga bibit cangkok memiliki banyak akar dan dapat dipindahtanamkan pada lahan tanam. 


Ø  Melalui Biji

Apabila anda akan menanam alpukat dari biji, maka anda perlu penyemaian biji terlebih dahulu. Buah alpukat yang sudah tua di belah kemudian bijinya diambil, selanjutnya biji dijemur selama sekitar 3 jam setelah itu letakkan pada tempat yang teduh. Semailah biji benih pada polybag semai, lakukan perawatan pada biji benih hingga tumbuh menjadi bibit dengan ketinggian sekitar 1 meter atau siap di pindah tanamkan pada lahan tanam.



Ø  Melalui Sambung Pucuk atau Okulasi

Apabila anda ingin pohon alpukat yang anda semai dari biji dapat cepat berbuah , anda dapat memilih cara sambung pucuk ini. Caranya ambillah tunas pohon alpukat yang telah berbuah sebagai batang atas dan pohon alpukat hasil semai biji menjadi batang bawah.

 


2.    Persiapan Lahan Tanam

Lahan yang akan digunakan untuk budidaya alpukat ini diolah terlebih dahulu, bersihkan semua gulma atau tanaman pengganggu, pepohonan, hingga batu yang ada pada lahan tanam. Setelah itu, gemburkan lahan tanam dengan cara dibajak atau di cangkul, kemudian di cangkul halus sebanyak 2 hingga 3 kali.

 

3.    Persiapan Lubang Tanam

Setelah lahan tanam siap, selanjutnya buatlah lubang tanam dengan ukuran lubang tanam sekitar 60 cm x 60 cm dengan kedalaman sekitar 60 hingga 80 cm. Namun bila anda menanam bibit alpukat hasil cangkok, buatlah lubang tanam yang relatif lebar dan apabila dari biji maka lubang tanam di buat lebih dalam.



Jika bibit yang akan ditanam banyak maka lubang tanam dibuat dengan jarak yang sama yaitu sekitar 6 m x 6 m. Jika lubang tanam telah dibuat, selanjutnya isi lubang tanam dengan pupuk kandang hingga 2/3 bagian lubang tanam. Biarkan pupuk meresap sempurna dalam tanah maka diamkan lubang tanam selama sekitar 3 hingga 4 minggu.



 

4.    Penanaman Bibit Tanaman Alpukat

Setelah bibit dan lubang tanam siap, segera lakukan penanaman. Masukkan bibit dalam lubang tanam yang telah disiapkan namun sebelum dimasukkan polybag semai dibuka dahulu dengan hati-hati, jangan sampai media semai hancur. Setelah bibit dimasukkan dalam lubang tanam, timbun kembali dengan tanah bekas galian lubang. Selanjutnya lakukan penyiranam. 

 


5.    Penyiraman Tanaman

Lakukan penyiraman setiap hari pada bibit yang baru ditanam karena bibit tersebut membutuhkan banyak air. Penyiraman tersebut dilakukan setiap pagi atau sore hari dan apabila hujan tidak perlu dilakukan penyiraman.

 

6.    Penyiangan

Lakukan penyiangan secara rutin pada gulma atau tanaman pengganggu lainnya yang ada disekitar tanaman alpukat.

 

7.    Penggemburan Tanah

Gemburkan tanah yang ada disekitar tanaman alpukat, karena tanah yang terkena siram setiap hari akan memadat dan asupan udara mengurang sehingga tanaman kesulitan menyerap nutrisi yang dibutuhkannya. Penggemburan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar akar tidak putus.

 

8.    Pemangkasan Tanaman Alpukat

Apabila cabang yang tumbuh terlalu rapat atau cabang ada yang mati maka lakukan pemangkasan. Setelah dipangkas, bagian bekas pangkas di beri fungisida agar tidak terinfeksi jamur atau penyakit.

 


9.    Pemupukan Tanaman

Lakukan pemupukan secara teratur sebanyak 4 kali dalam setahun dengan jumlah pupuk yang diberikan bergantung pada umur tanaman. Pupuk yang biasa digunakan untuk pemupukan adalah pupuk urea, TSP, dan KCl. Pemupukan dilakukan dengan cara dimasukan dalam lubang yang dibuat melingkar dibawah tajuk tanaman dengan kedalaman sekitar 30 cm hingga 40 cm.

 


10.    Hama dan Penyakit Yang Sering Menyerang Tanaman Alpukat

Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman alpukat antara lain ulat kupu-kupu gajah (Attacus atlas L), Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf), penyakit antraknosa (jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) sacc.), serta penyakit bercak daun atau bercak cokelat (Pseudocercospora purpurea). Semua hama penyakit tersebut dapat diatasi dengan penanganan yang tepat seperti penggunaan insektisida sesuai dosis, atau cara yang lainnya.

 





11.     Pemanenan Buah Alpukat

Alpukat akan mulai berbuah setelah berumur sekitar 10-15 tahun jika ditanam melalui biji, jika ditanam dengan sistem vegetatif biasanya akan mulai berbuah setelah berumur sekitar 5 hingga 8 tahun bergantung pada perawatan yang diberikan. Biasanya buah akan dapat dipanen setelah 6 hingga 7 bulan setelah bunga mekar.




SALAM  LESTARI

HUTAN LESTARI 

MASYARAKAT  SEJAHTERA..!!!







  Bimbingan Teknis Penandaan Batas Areal Persetujuan Pengelolaan Perhutanan Sosial Di susun oleh : Mukayin, S.P. Dalam rangka Penin...