Jumat, 09 September 2022

AGROFORESTRY PILIHAN TEPAT DALAM PENGELOLAAN LAHAN KERING       

        Berada di ketinggian 540 Mdpl dengan topografi berbukit tepatnya di desa Sanggrahan kecamatan Kebonagung kabupaten Pacitan di kawasan Kelompok tani Hutan Buana Jaya I melakukan pengelolaan lahannya yang mayoritas berupa hutan rakyat. Lahan tersebut keseluruhan merupakan lahan hutan hak. Mata pencaharian mereka mayoritas bertani di mana kehidupan mereka bergantung pada hasil dari lahan yang dimilikinya yang berupa persawahan sebagai penghasil pangan dan mayoritas lahan kering sebagai penopang kehidupan mereka  sehari-hari.        

   Mensikapi hal tersebut di atas seiring berkembangnya tuntutan kebutuhan hidup mereka mulai berubah dalam pengelolaan lahan keringnya dari berawal budidaya tanaman pangan berupa padi gogo, ketela pohon, jagung, kacang tanah beralih ke tanaman kehutanan baik tanaman kayu-kayuan berupa sengon laut, jabon, balsa, akasia dan mpts berupa kopi, apokat, durian, kakao, cengkeh, kelapa serta memanfaatkan bawah tegakan dengan berbagai macam tanaman seperti jahe,kencur, kapulaga, laos, porang. Pola seperti ini kita kenal dengan pola agroforestry. 


            Agroforestry adalah pola pengelolaan lahan yang mengkombinasikan komoditi pertanian dengan komoditi kehutanan. Misalnya komoditi kopi, kakao yang membutuhkan naungan dalam perkembangannya dikombinasikan dengan tanaman sengon, jabon, balsa, apokat, durian, manggis, duku . Kemudian di bawah tegakannya dimanfaatkan dengan tanaman empon-empon seperti kapulaga, jahe, kencur, laos, porang. Dengan berbagai jenis tanaman ini diharapkan salah satu diantaranya apabila terjadi turunnya harga atau tidak panennya komoditi masih bisa menopang kebutuhan hidup sehari – hari.



            Pola ini ternyata sangatlah membantu terhadap pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Selain untuk  pemenuhan kebutuhan sehari- hari secara konservasi upaya penutupan lahan dengan vegetas dapat diwujudkan, sehingga erosi, tanah longsor dan banjir dapat dikendalikan, Proses infiltrasi dapat ditingkatkan, sehingga ketersediaan air tanah dapat terjaga sehingga kebutuhan air untuk kebutuhan sehari- hari dapat tercukupi.  Mereka tidak pernah mengalami krisis air. Hampir setiap rumah mengambil air dari sumber yang berada di hutan dan diailrkan ke rumah dengan menggunakan slang tanpa pompa air.

 

Manfaat penerapan sistem agroforestry ditinjau dari beberapa pihak atau sudut pandang: pertanian, petani, dan kehutanan.

1. Sudut pandang pertanian

Agroforestry merupakan salah satu model pertanian berkelanjutan yang tepat- guna, sesuai dengan keadaan petani. Pengembangan pertanian komersial khususnya tanaman semusim, menuntut terjadinya perubahan sistem produksi secara total menjadi sistem monokultur dengan masukan energi, modal, dan tenaga kerja dari luar yang relatif besar yang tidak sesuai untuk kondisi petani. Selain itu, percobaan-percobaan yang dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman komersial selalu dilaksanakan dalam kondisi standar yang berbeda dari keadaan yang lazim dihadapi petani.  Tidak mengherankan bila banyak hasil percobaan mengalami kegagalan pada tingkat petani.

Agroforestry mempunyai fungsi ekonomi penting bagi masyarakat setempat. Peran utama agroforestry bukan sebagai penghasil bahan pangan, melainkan sebagai sumber penghasil pemasukan uang dan modal. Misalnya: kebun kopi, cengkeh dan kebun tanaman buah-buahan (manggis, duku, durian, rambutan) menjadi andalan pemasukan modal  menjadi satu-satunya sumber uang tunai bagi keluarga petani. Agroforestry mampu menyumbang 50% hingga 80% pemasukan dari pertanian di pedesaan melalui produksi langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan pengumpulan, pemrosesan dan pemasaran hasilnya.

2.Sudut pandang petani

Keunikan konsep pertanian komersial agroforestry adalah karena sistem ini bertumpu pada keragaman struktur dan unsur-unsurnya, tidak terkonsentrasi pada satu spesies saja. Usaha memperoleh produksi komersial ternyata sejalan dengan produksi dan fungsi lain yang lebih luas. Hal ini menimbulkan beberapa konsekuensi menarik bagi petani.

Aneka hasil kebun hutan sebagai "bank" yang sebenarnya. Pendapatan dari agroforestry umumnya dapat menutupi kebutuhan sehari-hari yang diperoleh dari hasil-hasil yang dapat dipanen secara teratur misalnya kopi, cengkeh,dan buah-buahan.  Selain itu, agroforestry juga dapat membantu menutup pengeluaran tahunan dari hasil-hasil yang dapat dipanen secara musiman seperti buah-buahan, cengkeh, pala, dan lain-lain. Komoditas- komoditas lain seperti kayu bahan bangunan juga dapat menjadi sumber uang yang cukup besar meskipun tidak tetap, dan dapat dianggap sebagai cadangan tabungan untuk kebutuhan mendadak.


Struktur yang tetap dengan diversifikasi tanaman komersial, menjamin keamanan dan kelenturan pendapatan petani, walaupun sistem ini tidak memungkinkan adanya akumulasi modal secara cepat dalam bentuk aset-aset yang dapat segera diuangkan.  Keragaman tanaman melindungi petani dari ancaman kegagalan panen salah satu jenis tanaman atau risiko perkembangan pasar yang sulit diperkirakan.  Jika terjadi kemerosotan harga satu komoditas, spesies ini dapat dengan mudah ditelantarkan saja, hingga suatu saat pemanfaatannya kembali menguntungkan.  Proses tersebut tidak menimbulkan gangguan ekologi terhadap sistem kebun.  Petak kebun tetap utuh dan produktif dan spesies yang ditelantarkan akan tetap hidup dalam struktur kebun, dan selalu siap untuk kembali dipanen sewaktu-waktu. Sementara itu spesies-spesies baru dapat diperkenalkan tanpa merombak sistem produksi yang ada.

Ciri keluwesan yang lain adalah perubahan nilai ekonomi yang mungkin dialami beberapa spesies. Spesies yang sudah puluhan tahun berada di dalam kebun dapat tiba-tiba mendapat nilai komersil baru akibat evolusi pasar, atau pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan baru.  Hal seperti ini telah terjadi pada buah durian, duku, manggis, cengkeh, kopi serta terakhir kayu ketika kayu dari hutan alam menjadi langka.

Melalui diversifikasi hasil-hasil sekunder, agroforestry menyediakan kebutuhan sehari-hari petani. Agroforest juga berperan sebagai "kebun dapur" yang memasok bahan makanan pelengkap (sayuran, buah, rempah, bumbu). Melalui keanekaragaman tumbuhan, agroforestry dapat menggantikan peran hutan alam dalam menyediakan hasil-hasil yang akhir-akhir ini semakin langka dan mahal seperti kayu bahan bangunan, bahan atap, tanaman obat, dan binatang buruan.

3.Sudut pandang kehutanan

Mekanisme sederhana untuk mengelola keanekaragaman

Seperti halnya pada semua lahan pertanian, sebagian terbesar agroforestry tercipta melalui tindakan penebangan dan pembakaran hutan. Perbedaan agroforestry dengan budidaya pertanian pada umumnya terletak pada tindakan yang dilakukan pada tumbuhan perintis yang berasal dari hutan.  Pada budidaya pertanian, keberadaan tumbuhan perintis alami dianggap sebagai gulma yang mengancam produksi tanaman pokok. Pada sistem agroforestry, petani tidak melakukan pembabatan hutan dengan sistem tebang habis, karena mereka menanami lahannya dengan tanaman campuran yaitu tanaman kayu-kayuan dan tanaman buah-buahan (mpts) .Tanaman kayu-kayuan misalnya sengon laut yang mayoritas ditanam di wilayah digunakan sebagai tanaman pelindung .

Pengembangan hasil hutan non-kayu

Tanaman kayu-kayuan merupakan unsur dominan hutan yang relatif sulit dan memerlukan waktu lama untuk diperbaharui. Eksploitasinya yang berbasis tegakan bukan individu pohon, mengakibatkan degradasi drastis seluruh ekosistem hutan. Hal ini memunculkan suatu usulan agar pihak-pihak kehutanan dalam arti luas lebih mengalihkan perhatiannya pada hasil hutan non-kayu (disebut juga hasil hutan minor) misalnya kopi,cengkeh tanaman buah-buahan (manggis, duku,durian) biji-bijian, tanaman empon-empon, porang.  Pemanenan hasil hutan non-kayu merupakan pengembangan sumber daya yang dapat mendukung konservasi hutan karena mengakibatkan kerusakan yang lebih kecil dibandingkan dengan pemanenan kayu.

Agroforestry yang bertumpu pada hasil hutan non-kayu, merupakan salah satu alternatif menarik terhadap domestikasi monokultur yang lazim dikerjakan.  Pengelolaan agroforestry tidak ekslusif pada satu sumber daya yang terpilih saja, tetapi memungkinkan kehadiran sumber daya lain yang mungkin tidak bermanfaat langsung bagi masyarakat.  Selain itu membangun agroforestry merupakan strategi masyarakat sekitar hutan untuk memiliki kembali sumber daya hutan yang pernah hilang atau terlarang bagi mereka. Agroforestry memungkinkan adanya pelestarian wewenang dan tanggung jawab masyarakat setempat atas seluruh sumber daya hutan.

  Bimbingan Teknis Penandaan Batas Areal Persetujuan Pengelolaan Perhutanan Sosial Di susun oleh : Mukayin, S.P. Dalam rangka Penin...